Asawika Vol 04 No. 1 – Juni 2019 Felik Sad Windu Wisnu Broto

IBM TKK SANTO YUSUP 1:
IMPLEMENTASI PERMAINAN TRADISIONAL
Felik Sad Windu Wisnu Broto
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Ma Chung
felik.sad@machung.ac.id

Abstrak

 

Ada banyak nama yang disandang oleh manusia, salah satunya adala homo sociale. Kata sociale berasal dari bahasa Latin yang artinya teman. Homo Sociale bisa diartikan secara sederhana sebagai mahkluk yang berteman. Mahkluk yang memiliki kodrat berteman, memiliki kecenderungan hidup bersama orang lain. Dalam dunia pendidikan, sosialitas dimulai sejak anak menginjak bangku sekolah di taman kanak-kanak. Anak-anak sudah diajari bagaimana dia harus berteman, bersosialisasi bersama teman-temannya yang lain. Paradoksnya, ketika anak-anak di sekolah diajar untuk berteman (bersosialisasi), justru di rumah anak-anak disuguhi permainan – permainan game online yang bisa menggiring anak pada mentalitas asosial. Berangkat dari realitas inilah penulis mengajukan program pengabdian untuk menghidupkan kembali permainan-permainan tradisional, sebagai tindak lanjut dari penelitian yang menyimpulkan bahwa permainan tradisional ini justru mendukung anak untuk mampu bersosialisasi dengan orang lain. Permainan tradisional yang sudah diimplementasikan dalam progam pengabdian ini adalah permainan cublak-cublak suweng, jamuran, dakon, engklek, gobak sodor, bekelan, Gasing, ular naga, petak umpet, dan patil lele. Dari hasil pengabdian ini diketahui bahwa anak-anak yang mengikuti kegiatan permainan tradisional memiliki kemampuan bersosialisasi yang lebih baik.
Kata Kunci: Kemampuan Bersosialisasi, Permainan Tradisional, TKK Santo Yusup 1

Abstract

Mankind has various names, one of them is homo sociale. The word sociale comes from Latin word meaning “friend.” Homo sociale can be defined as creatures that live with friends. In other words, mankind is a creature that has a natural tendency to make friends. In the field of education, socialization starts when a child goes to a kindergarten school. Children are taught how to make friends, to socialize with others. Ironically, when children are taught to socialize at school, at home they are presented with online games that lead them to anti-social mentality. Based on this, the writer proposes a community service program to rejuvenate traditional games, as a follow up of a research that concluded that traditional games helped children socialize with others. Traditional games that have been implemented in this community service program include cublak-cublak suweng, dakon, hopscotch, gobak sodor, bekelan, gasing, ular naga, petak umpet, dan patil lele. This community service program concludes that children who participate in traditional games have better socializing ability.
Keywords: Socializing ability, Traditional games, Santo Yusup 1 Kindergarten

[google-drive-embed url=”https://drive.google.com/a/widyakarya.ac.id/file/d/1Tiz2tQXyFg6o1J_TCJ97qLg9uBzzHNc0/preview?usp=drivesdk” title=”2. IBM TKK Santo Yusup 1 Implementasi Permainan Tradisional.pdf” icon=”https://drive-thirdparty.googleusercontent.com/16/type/application/pdf” width=”100%” height=”400″ style=”embed”]

File dapat diunduh dengan tautan di bawah ini

[google-drive-embed url=”https://drive.google.com/a/widyakarya.ac.id/uc?id=1Tiz2tQXyFg6o1J_TCJ97qLg9uBzzHNc0&export=download” title=”2. IBM TKK Santo Yusup 1 Implementasi Permainan Tradisional.pdf” icon=”https://drive-thirdparty.googleusercontent.com/16/type/application/pdf” style=”download”]